Selasa, 11 Desember 2007

Karya Sastra Warga SMPN 48 Bandung

HOME




Kisah si pembuat jam dan jam yang dibuatnya

Alkisah …
Seorang pembuat jam bertanya kepada jam yang sedang dibuatnya, “Hai jam, apakah kamu sanggup berdetak sebanyak 31.104.000 kali selama setahun ? ”. “Haaa … ?”, kata si jam terperanjat, “Mana mungkin ?”. Pembuat jam tersebut bertanya kembali, “Bagaimana kalau 86.400 kali dalam sehari ?”. Lalu si jam pun menjawab dengan penuh keraguan, “Jarum-jarumku kurus seperti ini, mana sanggup aku melakukannya ?”. Pembuat jam tak menyerah untuk bertanya lagi, “Bagaimana kalau 3600 kali dalam satu jam ?”. Jam kembali menjawab, “Dalam satu jam harus berdetak 3600 kali … ? Waahh, … banyak sekali”. Kali ini dengan penuh kesabaran pembuat jam pun bicara meminta kepada si jam, “Kalau begitu, sanggupkah kamu berdetak satu kali saja setiap detik ?”. Si jam menjawab penuh antusias, “Naaa … kalau begitu aku si sanggup … !!!”.
Maka, setelah selesai dibuat, jam itu berdetak satu kali setiap detik. Tanpa terasa detik demi detik terus berlalu dan si jam sungguh luar biasa, karena ternyata selama satu tahun penuh dia telah berdetak tanpa henti sebanyak … 31.104.000 kali … !!!.



Paku

Tersebutlah seorang anak laki-laki yang bersifat sangat pemarah. Ayahnya pun menasihati sang anak dengan cara memberinya sekantong paku dan memintanya untuk menancapkan sebuah paku di pagar belakang setiap kali dia marah … .
Hari pertama anak laki-laki itu telah memakukan 48 paku ke pagar, artinya dia telah marah-marah sebanyak 48 kali. Secara bertahap jumlah itu semakin berkurang dari hari ke hari. Dia telah mencapai kesadaran bahwa ternyata lebih mudah menahan amarahnya dari pada memakukan paku ke pagar.
Akhirnya tibalah hari dimana anak itu merasa benar-benar bisa mengendalikan amarahnya dan telah mampu bersabar. Anak tersebut memberitahukan hal ini kepada ayahnya. Kemudian ayahnya mengusulkan agar mencabut satu paku untuk setiap hari dia tidak marah.
Hari demi hari berlalu, demikian pula satu demi satu paku yang tertancap di pagar belakang telah tercabut. Akhirnya anak laki-laki itu pun memberitahu ayahnya bahwa semua paku telah tercabut olehnya. Lalu sang ayah menuntun anaknya ke pagar dan berkata pelan, ”Hmmm … kamu telah berhasil dengan baik anakku, … tetapi … lihatlah lubang-lubang di pagar ini. Pagar ini tidak akan pernah bisa sama seperti sebelumnya. … Anakku, … ketika kamu mengatakan sesuatu dalam kemarahan … kata-katamu akan meninggalkan bekas seperti lubang ini di hati orang lain … Engkau bisa saja mengucapkan ribuan kali kata maaf, namun bekas luka akan tetap ada …”. Ayahnya terdiam sejenak, kemudian tangannya meraba pagar dan melanjutkan kata-katanya dengan suara lirih hampir tidak terdengar, “… yang lebih pedih dari pada luka fisik … !”.



Semuanya “Gratis”

Suatu sore seorang anak menghampiri ibunya di dapur, kemudian menyerahkan selembar kertas yang telah ditulisnya. Setelah sang ibu mengeringkan tangannya dengan celemek, lalu ia membaca tulisan itu dan inilah isinya;



Nilai raport bagus:Rp. 25.000,-
Membersihkan kamar:1.000,-
Mencuci piring:1.500,-
Belanja ke warung:500,-
Menyapu rumah:500,-
Menyapu halaman:1.500,-
Membuang sampah:1.000,-
Utang ibu:31.000,-


Si ibu terdiam sejenak sambil memandang anaknya dengan pandangan yang begitu dalam penuh arti. Berbagai hal terlintas dalam benaknya. Sesaat kemudian ia mengambil sebuah pulpen, membalikan kertas yang diberikan anaknya itu dan menulis sebagai berikut;

Sembilan bulan ibu mengandung kamu:Gratis
Semua malam ibu menemani kamu:Gratis
Semua makanan, baju dan mainan:Gratis
Mengobati kamu:Gratis
Mendo’akan kamu:Gratis
Semua kesusahan mengurusmu:Gratis
Seluruh cinta ibu:Gratis


Seandainya kau jumlahkan semua yang mau kau jumlahkan dari ibu, maka kau akan mendapatkan bahwa semuanya itu “Gratis”.

Setelah membaca apa yang ditulis ibunya itu, sang anak pun berlinang air mata. Ia menatap wajah ibunya dan berkata, “Bu, … aku sayang sekali sama ibu”. Kemudian diambilnya pulpen dan menulis sebuah kata dengan huruf-huruf besar : “LUNAS”.


ILMUAN MUSLIM DARI DAMASKUS


Abdul-Fadl Jaafar Ibn Ali al-Dimishqi

Dia adalah ekonomi muslim terkemuka di Damaskus dan Suriah. Salah satu karyanya yang fenomenal adalah Kitab al-ishara ila mahasin al-tijara wa matrifa aljayyid al-atrad wa radiha wa ghushush al- mudallisin fiha (buku yang menjelaskan tentang bisnis serta pengetahuan kualitas barang bagus dan jelek). Buku itu selesai ditulis pada 20 April 1175 M. Abul-Fadl amat piawai dalam masalah teori dan praktek bisnis. Bukunya juga mengupas soal bagaimana mengemas dan menyimpan barang, bagaimana cara menjaga hak milik, serta bagaimana menggunakan uang. Abul-Fadl boleh dibilang sebagai ekonom yang mumpuni pada masanya.


Ibnu Asakir (wafat:1176 M)

Dia adalah seorang ahli sejarah.Karyanya yang terkenal adalah Tarikh Dimashq atau sejarah Damaskus. Dia adalah pengajar di perguruan tinggi di Damaskus.


Ibnu Abi Usaybia (1203-69 M)

Dia adalah dokter sekaligus ahli sejarah Muslim kelahiran Damaskus. Selain menjadi dokter di rumah sakit, Ibnu Abi juga menjadi dokter khusus Emir Azeddin di Sarkar. Dia sempat menempati berbagai posisi di manajemen RS baik di Damaskus maupun Kairo, Mesir. Dia juga mempelajari klasifikasi tanaman dengan Ibnu Al-Baitar. Salah satu karyanya adalah Uyun I’Anba fi Tabaqati’l Atiba mengupas tentang sejarah kedokteran.


Ibnu Al-Nafis (wafat:1288M)

Dia adalah dokter terkemuka di Damaskus. Ibnu Al-Nafis mengabdikan irinya di RS Al-Nuri yang dibangun Nur Al-Din. Di antara karyanya yang paling populer adalah kitab al-Shami fi sinaat al-Tibiyya (Buku komprehensif tentang seni kedokteran). Bukunya itu terdiri dari 300 volume, hanya 80 yang diterbitkan. Kitab itu masih tetap digunakan hingga tahun 1952. Karya-karyanya kini berada di Cambridge University.


Taqi Al-Din Ahmad Ibnu Taimiyyah (1263-1328)

Dia mengawali kariernya sebagai pengajar Alquran di masjid Umayyah. Kemudian, ia menjadi seorang pemikir dan ilama Islam. Di Damaskus, ia belajar pada banyak guru, dan memperoleh berbagai macam ilmu diantaranya ilmu hitung (matematika), khat (ilmu tulis menulis bahasa arab), nahwu (tata bahasa arab), dan ushul fiqih (hukum). Ibnu Tamiyyah amat menguasai ilmu rijalul hadits (perawi hadits) yang berguna dalam menelusuri Hadits dari periwayat atau pembawanya dan funulul hadits (macam-macam hadits) baik yang lemah, cacat atau shahih. Beliau memahami semua hadits yang termuat dalam Kutubus Sittah dan Al-Musnad. Dalam mengemukakan ayat-ayat sebagai hujjah atau dalil, ia memiliki kehebatan yang luar biasa, sehingga mampu mengemukakan kesalahan dan kelemahan para mufassir atau ahli tafsir.